Hari ke-27

Ini tentang sebuah gerakan yang mulai dirintis di sekolah. Gerakan fenomenal yang namanya Literasi.

Gerakan Literasi Sekolah. Gaungnya sudah terdengar mulai tahun 2015, memantul sampai ke pelosok negeri. Termasuk sampai juga ke sekolahku, SD yang dikategorikan 3T. Baru 'Ngeh' saat ini pelaksanaannya. Dan njilalah, aku diberi amanah untuk 'mandegani' gerakan itu di sekolah. Alhamdulillah.

Menengok bangunan fisik perpustakaanku, yang jauh dari layak. Kondisi buku-buku yang terbilang sangat sedikit. Aku memeras otak, bagaimana gerakan literasi ini bisa berdaya guna di sekolah. Bagaimana bisa membudayakan kebiasaan membaca pada siswa bila fasilitas yang ada sangat sederhana.

Bisakah mengubah kondisi ini agar lebih semarak dan mengena?

Kubuat sebuah slogan sederhana. "Semua Berawal dari Diriku"

Slogan yang kutujukan pada teman-teman guru. Sebelum semua program sampai pada siswa, maka guru adalah sasaran utamanya. Kubuat program dan kusosialisasikan pada saat rapat dengan semua guru. Ternyata semua mendukung, dan mau menerima konsekuensi. Bahwa semua guru harus membaca satu buku untuk satu Minggu. Tentu saja buku-buku ringan yang tidak melelahkan otak. Aku punya tujuan, buku yang dibaca guru ini nantinya akan diceritakan pada siswa. Guru boleh meminjam di perpustakaan sederhanaku, atau membeli sendiri juga boleh. Intinya guru harus membaca.

Kutarget sekitar satu bulan pembiasaan untuk guru. Setelah itu, baru pembiasaan ke siswa.

Jadi, guru harus punya budaya dulu membaca. Kalau gurunya sudah punya kebiasaan membaca, maka ketika menggerakkan literasi ke siswa akan lebih mudah. Tidak sekedar Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Tapi benar-benar Ing ngarsa sing tuladha.

Guru kan seharusnya begitu, tidak asal memerintah. Tapi juga memberi contoh.

Setuju nggak?

#TantanganGurusiana