Indah Patmawati

Indah Patmawati, Widyaiswara di P4TK PKn dan IPS. Lahir di Madiun, sebuah kota yang penuh sejarah dan terkenal dengan nasi pecelnya. Alamat di Jalan Parianom B4...

Selengkapnya
Navigasi Web
TAS DI MEJA

TAS DI MEJA

Hari ke-9

Begini, kadang kita harus mencari penghasilan tambahan agar roda ekonomi keluarga bisa berputar sebagaimana biasanya. Jangan sampai perputarannya tersendat, bahkan berderit-derit kayak kurang oli gitu. Setuju kan?

Di samping jadi guru, aku juga punya bisnis tambahan yaitu jualan baju. Sering kubawa berkeliling ke sekolah-sekolah. Sasarannya sih, memang teman guru aja, alasannya sudah banyak yang kenal dan pasti lancarlah keuangannya. Aku hanya harus pandai mengatur waktu dan menyusun strategi agar semua bisa berjalan seirama.

Semua teman-teman di sekolahku sudah paham dan sangat mengerti dengan bisnisku ini. Sebab aku sering memberi potongan harga yang jauh lebih banyak bila ada teman-teman di sekolahku yang ambil barang, harga pertemanan memang sering keluar dari hitungan untung rugi. Dan untuk kepala sekolah aku juga cukup tahu diri, tak perlu kutulis di sini. Yang penting aku paham apa yang seharusnya kulakukan. Hemm

Pagi ini, seperti biasa aku mengajar di kelas. Aku sudah menerangkan beberapa hal yang menurutku harus dipahami oleh siswa. Setiap pembelajaran aku selalu mengambil inti sarinya untuk kujelaskan konsepnya. Kalau siswa sudah tahu konsepnya, mereka tinggal latihan-latihan saja, sebagai salah satu cara memahami. Oh ya, dalam mengajar aku lebih suka pengelolaan kelasnya klasikal. Karena aku ingin siswa fokus terhadap apa yang akan kujelaskan. Karenanya, aku sering tidak mengikuti Buku Guru. Yang penting aku tahu apa yang harus kuajarkan. Aku juga jarang menggunakan model-model pembelajaran sebab menurutku ribet di persiapan, juga aku merasa siswa seperti hanya main-main belaka. Ditambah dengan pengalaman mengajarku yang sudah cukup lama, apapun materinya bukan lagi masalah. Meskipun ganti kurikulum, tapi nanti ujung-ujungnya pada hasil ujian nasional.

Beda kalau siswa duduk anteng, sambil mendengarkan apa yang kukatakan. Rasanya marem gitu! Memang sih, itu katanya masih konvensional, pakai metode ceramah saja. Tapi selama ini siswaku ya nyaman-nyaman saja nggak pernah protes. Mereka belajar dengan baik sesuai dengan yang kuinginkan. Kelasku sudah terkondisi dengan baik, artinya aku sudah menanamkan beberapa kesepakatan sehingga satu sama lain saling mengerti apa yang seharusnya dilakukan. Jadi, aku tidak khawatir bila meninggalkan mereka untuk sebuah urusan. Karena ketua kelas pasti bisa mengatur dengan sebaik-baiknya. Anak sekarang memang lebih mudah untuk diajak berkomunikasi dan berkompromi.

Hari ini banyak pesanan barang yang harus kuantar di beberapa tempat, setelah memberi tugas aku pamit keluar sebentar. Seperti biasa tas kutaruh di meja. Sebagai penanda aku sudah datang dan ada di kelas itu. Lagi pula teman-teman telah maklum kok. Dan anak-anak juga sudah biasa kutinggalkan, mereka sangat mengerti.

Nikmat mana lagi yang engkau dustakan! Menjadi guru tetap tugas utama, bisnis hanya sampingan.

Ternyata tak cukup satu jam aku keluar kelas. Banyak hal yang harus keselesaikan. Aku ingat siswaku. Tadi aku hanya memberi tugas sedikit, padahal urusanku belum kelar. Akhirnya aku menghubungi tenaga honorer untuk mau menjaga kelasku. Nanti kalau aku sudah kembali ke kelas baru kulanjutkan pelajaranku.

Akhirnya selesai juga semua urusanku, aku bergegas ke kelas. Mudah-mudahan kepala sekolah tidak melihatku. Sebab tadi aku tak sempat minta izin pada beliau, pikirku hanya sebentar. Hanya kepada satpam yang jaga di pintu gerbang aku bilang. Eh, nggak tahunya lama juga urusanku. Kalau sudah ngobrol sana sini sama teman jadi lupa waktu.

Goldakkk!!! Mak benduduk...., ternyata yang menunggu kelasku justru kepala sekolah, bukan tenaga honorer yang tadi sudah kuhubungi. Wah, alamat buruk nih.

Aku berdebar-debar dibuatnya, meskipun hubunganku dengan kepala sekolah sangat baik, tapi kalau sudah urusan kedinasan begini beliau sangat tegas. Dan jujur saja aku berada pada posisi yang salah untuk masalah ini, terlalu lama meninggalkan kelas. Aku merasa tak enak hati, tergambar sudah semua kesalahan yang kulakukan baik itu pada siswa maupun pada sekolah ini. Oh, ya Tuhan aku kapok tak akan mengulangi lagi.

Sampai jam pelajaran berakhir, kepala sekolah masih berada di kelasku. Aku melanjutkan mengajar dengan ditunggui kepala sekolah. Membahas tugas yang tadi kuberikan. (Rasanya deg deg degan mengajar ditunggui kepala sekolah, padahal saat ini belum waktunya supervisi).

Setelah proses pembelajaran berakhir, kepala sekolah memanggilku untuk menghadap. Waduuhhhh...!!!

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ma kasih Bu Wiwik yang selalu setia menyimak

23 Jan
Balas

Aku benci tulisan ini. Ya, benci karena aku belum bisa menuangkan alur cerita selicin bu editor. Yang kedua kok ya pas, kisah nyata, hehe. Terimakasih bu, setiap tulisan ibu bernas. Aku adalah satu dari srkian banyak fans berat tulisan cantik njenengan

24 Jan
Balas

Mantap tenan tulisannya. Saya suka.

23 Jan
Balas

Mantap bunda, jd ikut degdegan nih..

24 Jan
Balas



search

New Post