Indah Patmawati

Indah Patmawati, Widyaiswara di P4TK PKn dan IPS. Lahir di Madiun, sebuah kota yang penuh sejarah dan terkenal dengan nasi pecelnya. Alamat di Jalan Parianom B4...

Selengkapnya
Navigasi Web
HARI INI SAMPAI PEMBELAJARAN KE BERAPA?

HARI INI SAMPAI PEMBELAJARAN KE BERAPA?

Hari ke-7

Bukan berniat menyombongkan diri bila kutakakan aku hampir menguasai semua materi yang diajarkan di kelas, semua sudah hapal dan paham. Jika ada surpervisi dan ditanya kendala apa yang kuhadapi di kelas, aku selalu menjawab “tidak ada”. Lha memang sesungguhnya aku tidak pernah menemukan kendala apa pun pada saat mengajar. Dari tahun ke tahun materinya tidak berubah, dan aku selalu menolak jika harus diroling di kelas lain. Karena kalau pindah ke kelas lain tentu aku harus belajar lagi, menurutku itu sangat tidak efektif dan memakan waktu.

Kalau dikategorikan sebagai sebuah pekerjaan, mengajar adalah pekerjaan yang ‘mudah’. Setuju nggak? Sebatas menstranfer ilmu, ibaratnya memindahkan isi kepala dari guu ke murid. Apalagi bila berdiam di satu kelas selama bertahun-tahun dengan materi yang itu-itu saja. Tentu akan sangat mudah bagi guru.

“Anak-anak sekarang sudah sampai pembelajaran ke berapa?”

Pertanyaan awal yang selalu kutanyakan kepada siswa. Sejatinya itu bukan pertanyaan apersepsi yang bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang sudah diajarkan. Tetapi hanya sekedar membantu mengingatkan pada pembelajaran (PB) yang kuajarkan kemarin. Maklumlah guru banyak urusan dan pekerjaan, kadang lupa sampai di mana materi yang diajarkan. Setelah siswa mengingatkan, maka aku baru NGEH hari ini mau mengajar apa. Sambil mencari-cari RPP yang sudah kubuat dan kujilid rapi, biasanya aku menyuruh siswa untuk membuka buku dan membacanya. Butuh waktu beberapa menit, tidak lama kok. Wong, paling dengan melihat sekilas saja, aku sudah tahu apa yang harus kuajarkan. Nah, enakkan jadi guru?

Kira-kira 10 menit mengajar, suara bergetar di saku berderak-derak. Lama tak henti-henti. "Duh, siapa pula yang telpon pagi-pagi. Tak tahu apa orang lagi kerja," runtukku kesal.

Mau tak mau kuangkat juga. Pembelajaran terhenti sebentar, kulihat siswaku sangat maklum. Terlihat bahwa mereka hanya memandangku saja tanpa berkomentar apapun. Setelah beberapa saat menerima telpon, aku segera memanggil ketua kelas, dan memberinya serangkaian instruksi yang harus dilakukan. Aku juga memberikan perintah kepada anak-anak untuk membuka buku LKS mengerjakan halaman sekian, romawi ABC. Dengan pertimbangan ketika acaraku selesai, siswa juga selesai. Setelah itu aku pamit dan bergegas ke kantor karena ada demo yang harus diikuti semua guru.

Puas rasanya mengikuti demo kecantikan yang menawarkan produk perawatan baru. Sambil mencoba sana-sini ternyata aku tergiur untuk ikut membeli, toh nanti membayarnya dipotong lewat koperasi. Menurutku ringan, yang lebih penting lagi bisa tampil kinclong dan keren seperti teman guru yang lain. Sampai ketua kelas datang menemuiku yang mengabarkan kalau teman-temannya sudah selesai mengerjakan tugas yang kuberikan.

Dengan penuh semangat aku kembali ke kelas, kupastikan sekali lagi apakah semua sudah menyelesaikan tugasnya. Lalu aku mengeluarkan buku pintarku yaitu kunci jawaban dari buku LKS yang dikerjakan anak-anak. Membahasnya satu persatu soal yang dikerjakan dengan dituntun oleh kunci jawaban. Semua akan lancar-lancar saja, jika tidak ada pertanyaan dari salah seorang siswaku yang tergolong anak pandai dan kritis di kelas. Pada intinya dia menyanggah jawaban yang kuberikan. Alamak....berani amat siswaku ini menentang gurunya. Tidak tahu apa kalau aku ini udah berpuluh tahun mengajar materi ini. Sedikit meradang aku menjawab pertanyaannya, mencari pembenaran atas apa yang sudah kusampaikan.

Demikian juga dengan siswaku, dengan ciri khas seorang anak ngotot mempertahankan pendapatnya. Tak sampai di situ, dia maju ke mejaku sambil menunjukkan beberapa buku referensi yang mengarah pada kebenaran jawaban yang seharusnya.

Glodag!!!! Rasanya seperti disengat ribuan tawon, pipiku langsung merah bahkan bengkak di sana sini. Ternyata yang disampaikan oleh siswaku adalah hal benar. Sejenak aku menahan nafas menentramkan hati, mengheningkan cipta sambil memilih kata-kata yang tepat untuk menjabarkan perasaan malu ku, menjadi kalimat sakti yang arif bijaksana.

Bukan guru namanya, kalau nggak bisa sedikit 'ngeles' untuk menutupi kekurangan. Alhasil, dengan kalimat yang kubuat sedemikian rupa aku meralat kesalahan. Kuyakinkan semua siswa untuk bisa memahamiku. Tak ada yang protes lagi, semua diam dan patuh mendengarkan penjelasanku. Lega rasanya.

Dalam hal ini siapa sih yang seharusnya dipahami? Guru memahami siswa atau sebaliknya siswa yang memahami gurunya?

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

HahahahaSueneng aku dengan tulisan ini! Ayuk Mbak, lebih kejem lagi Hehehehe.

21 Jan
Balas

Mau komen apa ya.. hmm.

21 Jan
Balas

Waduh...jadi tersandung nih

21 Jan
Balas

Luar biasa, saya kok masih raguragu dan bingung untuk menulis yang seperti ini, bagaimana kiatnya, Ibu? Terima kasih.

21 Jan
Balas

Cerita yg enak dibaca..renyah dan kriuk..

21 Jan
Balas

Untung, bukan lia gurunya. Hehehe. Keren, bunda Indah. Editor saya yang super keren.

21 Jan
Balas

Satire yang menohok

21 Jan
Balas

Ada ndak yang tersindir ?Yang budek pasti tidak peduli.

21 Jan
Balas

Yang jelas mantap

21 Jan
Balas

Terimakasih ilmunya. Sangat bermanfaat

22 Jan
Balas

Saya mengheningkan cipta sebentar Bu. Yang salah tukang demo kecantikan yang tidak tahu waktu atau guru yang mengikuti?.Yang jelas tulisan ibu berhasil buat saya senyumsenyum sendiri.

21 Jan
Balas



search

New Post