Indah Patmawati

Indah Patmawati, Widyaiswara di P4TK PKn dan IPS. Lahir di Madiun, sebuah kota yang penuh sejarah dan terkenal dengan nasi pecelnya. Alamat di Jalan Parianom B4...

Selengkapnya
Navigasi Web
Antara Aku, Kepala Sekolah, dan Pengawas

Antara Aku, Kepala Sekolah, dan Pengawas

Hari ke 4

Pernah nggak merasakan bunek, sumpek, dan pusing tujuh keliling, bingung besok pagi harus menyiapkan materi apa ketika mengajar karena akan disupervisi oleh pengawas dan kepala sekolah? Pasti Kita berusaha membuat persiapan yang baik dan menarik, agar saat praktik mengajar mendapat poin plus dari kepala sekolah atau pengawas. Syukur-syukur dapat pujian. Uhuiiii pasti asyiik. Ibarat akan memasak menu makanan yang enak, menarik, bergizi karena akan disuguhkan tamu. Begitu kira-kira.

Segala kemampuan dikerahkan, meja penuh buku referensi dan mbah gugel akan setia menemani kalau-kalau diperlukan. Fokus dan maksimal. Itulah, salah satu pengalamanku saat mau disupervisi. Membuat RPP sedemikian detail, lengkap, dan komplit plit. Pokoknya semua perfect. Al hasil memang cos pleng. Andai jamu sangat manjur. Aku menjadi percaya diri saat berdiri di depan kelas, bahkan sedikit jumawa seolah menantang jika ada pertanyaan seputar pembelajaran. Sedangkan siswa terlihat sangat bahagia dan gembira, karena diajar oleh guru yang persiapannya matang dan sangat menguasai materi. Bahkan sangat antusias mengikuti pelajaran karena yang disajikan hari itu lain dari biasanya. Komplit pakai telor begitu kata tukang jamu.

Namun sayangnya, tidak setiap hari aku melakukan itu. Sssttt...! Jangan bilang-bilang ya, kalau membuat RPP yang komplit dan lengkap itu hanya sekali-kali saja. Selebihnya ya ...wajar-wajar saja. Biasa. Artinya begini, tetap mengajar tapi lebih dominan sesuai dengan yang ada di buku siswa. Membaca sekilas langkah-langkah mengajar yang ada di buku guru, untuk inovasi dan kreativitas hanya sedikit. Yang penting pandai berimprovisasi beres kan? Kata pepatah Jawa dalang ora kurang lakon. Lupa semua yang diajarkan saat diklat tentang Pembelajaran berorientasi HOTS, lupa model-model pembelajaran yang seharusnya digunakan. RPP sudah dibuat beramai-ramai saat KKG di gugus.

Aku pernah berpikir, andai setiap hari disupervisi akan seperti apa ya? Yang jelas persiapan pasti akan kubuat sendiri, tidak main copas begitu saja. Jika terpaksa copas, pasti aku akan membongkar untuk disesuaikan dengan kondisi yang tepat saat ini. Artinya aku tetap berkreasi mendaur ulang (recycle) RPP yang sudah ada. Siswa akan bersemangat mendapat pelajaran karena selalu menarik dan lain dari biasanya.

Tetapi kan tidak mungkin kepala sekolah atau pengawas akan mensupervisi setiap hari. Beliau juga punya tugas lain yang lebih penting lagi.

Penting sekali menumbuhkan motivasi bagi diri sendiri agar bisa maksimal dalam mengajar. Ada atau pun tidak pengawasan tetap bekerja dengan maksimal. Sepele tetapi sulit untuk dilaksanakan. Sebab kesadaran seperti itu harus dibangun, dibiasakan, dan dibudayakan. Nah, kalau sudah sampai di sini peran kepala sekolah sangat penting, yakni bisa menciptakan iklim pembelajaran yang bagus. Hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu proses yang panjang untuk bisa menjadi satu pembiasaan yang baik.

Sebenarnya aku menyadari bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan pada saat proses pembelajaran. Disiapkan dengan matang dan ala kadarnya. Kata orang bijak Proses tidak akan mengingkari hasil. Aku menyadari bahwa ada kesalahan yang fatal jika proses pembelajaran dilakukan ala kadarnya. Membuat RPP yang disusun sedemikian lengkap dan detail dengan langkah-langkah pembelajaran yang jelas saja pelaksanaannya masih melenceng, apalagi membuat RPP yang hanya memuat poin-poinnya saja. Tentu guru hanya akan terpaku pada apa yang tersurat dalam tulisan itu saja. Selebihnya hanya improvisasi.

Berat ya...? Sebenarnya tidak, jika sudah sering melakukan sendiri, menyiapkan sendiri. Semua tergantung niat dan komitmen kita ketika mau menjadi guru. Mau jadi guru yang seperti apa, itu adalah pilihan. Yang jelas beban dan tanggung jawab guru makin lama makin berat. Guru milenial mendapat tantangan luar biasa, terutama dalam membangun karakter siswa.

Bukan perkara mudah membangun karakter siswa, semua harus dimulai dari diri sendiri. Kata Ki Hajar Dewantoro: Ing ngarsa sung tuladha. Menjadi contoh itu bukan hal yang ringan. Itu yang kurasakan. Guru adalah panutan siswa dalam segala hal. Jika dalam mengajar kita bersungguh-sungguh dan menunjukkan bagaimana proses kreatif kita pada siswa, secara tidak kita sadari sebenarnya kita tengah menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Menggiring siswa untuk mengikuti apa yang kita lakukan. Contoh tidak sama dengan perintah. Contoh bagian dari karakter baik yang akan kita bangun, sedangkan perintah hanya sebatas intruksi bukan proses pembentukan karakter.

Sekarang tidak perlu pusing lagi kan, jika kita sudah terbiasa bekerja maksimal meski tanpa diawasi. Sekali lagi semua terserah padamu, tapi sebagai guru yang profesional sudah sepantasnya bersikap profesional dalam bekerja. Guru tidak sama dengan pegawai yang bertugas di kantor duduk di belakang meja. Guru berhadapan dengan siswa yang berdinamika. Bukan zamannya lagi berleha-leha makan gaji buta, tanpa berupaya menunjukkan eksistensinya sebagai guru profesional. Jadi guru memang berat, kau tidak akan kuat. Biar aku saja!

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap, artikelnya.

19 Jan
Balas



search

New Post